Tuesday, November 10, 2015

Kini,



Sampai pada akhirnya, aku tahu rasanya
perpisahan.
Aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala
hal yang sebenarnya tak pernah ingin kutinggalkan.
Aku semakin tahu, masa lalu setidaknya selalu jadi sebab.

Kamu, yang dulu kumiliki tak lagi bisa kugenggam dengan jemari.
Memang Kita berpisah, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi.

Iya, berpisah, begitu saja.
Seakan- akan semua hanyalah masalah sepele, bisa begitu mudah disentil oleh hentakkan kecil. Sangat mudah, sampai aku tak benar- benar mengerti, apakah kita memang telah benar-benar
berpisah?
Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterikatan
apa-apa.
Hanya saja aku dan kamu senang
mendengungkan rasa yang sama, sayang yang dulu kita bela begitu manis berbisik.
dingin...
memesona...

Segala yang semu pun menggoda kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta.
Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu.
Kita habiskan waktu, dengan langkah yang
sama, dengan denyut yang tak berbeda, begitu seirama.......
 tanpa cela, tanpa cacat.
 Sempurna. Dan, aku bahagia.
Bahagia?  Benarkah aku dan kamu pernah merasa bahagia?
Jika iya, mengapa kita memilih perpisahan sebagai jalan?


Jika bahagia adalah jawaban, mengapa aku dan kamu masih sering bertanya-tanya?
Pada Tuhan, pada manusia lainnya dan pada hati kita sendiri.

Kenapa harus kau ubah mimpi menjadi api?
Mengapa kau ubah pelangi menjadi bui?
Mengapa harus kau ciptakkan luka,
jika selama ini kau merasa kita telah sampai di
puncak bahagia?

No comments:

Post a Comment